Aku mencintaimu karena
Allah.
Pertama kali
mendengar istriku
mengucapkan kalimat itu, ada
yang aneh kedengarannya.
Seperti bukan sebuah kalimat percintaan atau ungkapan
kemesraan. Aku berusaha
menolak maknanya karena
bagaimana bisa dirinya
mencintaiku karena Allah?
Itulah dhoifnya seorang manusia. Sudah lemah,
sombong pula. Mau jadi apa
nanti, naudzubillah. Padahal Rasulullah SAW
pernah bersabda tentang 7
golongan yang mendapat
perlindungan dari Allah SWT
saat tiada hari tanpa
perlindungan kecuali perlindunganNya, yaitu salah
satunya adalah dua orang
yang saling mencintai karena
Allah. Hadits itu berbunyi ‘Berkata
Abu Hurairah r.a : bahwa Nabi
saw telah bersabda: “Ada
tujuh kelompok yang akan
mendapat perlindungan Allah
pada hari yang tiada perlindungan kecuali
perlindungan-Nya. Mereka
adalah pemimpin yang adil,
anak muda yang senantiasa
beribadah kepada Allah Azza
wa Jalla, seseorang yang hatinya senantiasa
dipertautkan dengan mesjid,
dua orang yang saling
mencintai karena Allah, yakni
keduanya berkumpul dan
berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang ketika
dirayu oleh seorang wanita
bangsawan lagi rupawan lalu
ia menjawab: “Sungguh aku
takut kepada Allah”,
seseorang yang mengeluarkan shadaqah lantas di-
sembunyikannya sampai-
sampai tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang
diperbuat tangan kanannya,
dan seseorang yang berzikir kepada Allah di tempat yang
sunyi kemudian ia
mencucurkan air
mata”.’(H.R.Bukhari – Muslim) Nah, ternyata tanpa
menyelami lebih dalam
ungkapan itu, Allah perlahan-
lahan menunjukkan benang
merah kalimat tersebut.
Dengan sama-sama belajar mencari ridhaNya, baik
dengan meningkatkan
kualitas ketakwaan dan
ibadah, menghadiri banyak
majelis taklim serta belajar
membenahi bacaan Al-Qur’an tanpa disadari kualitas
hubungan kami pun ikut
meningkat. Dulu kami yang sering salah
paham, nada bicara yang
meninggi, mata yang seperti
mau keluar serta kerap tidak
sabar menghadapi sesuatu
permasalahan, tak terasa lama-lama kami tinggalkan.
Permasalahan bisa dengan
sendirinya mencair tanpa
perlu membalikkan punggung
atau tak bertegur sapa.
Ungkapan sayang atau cinta pun menjadi sebuah kata
yang menyejukkan hati,
bukan lagi ungkapan klise
sebuah pasangan hidup.
Bahkan sebenarnya, tanpa
diungkapkan pun bila mata ini berpandangan, yang bertemu
adalah energi cinta yang
belum pernah kami rasakan
sebelumnya, padahal kami
sudah menghabiskan lebih
dari separuh usia ini bersama. Ajaib memang. Tapi tak ada
yang tak bisa dinalar. Aa Gym
pernah menyampaikan
bahwa membawa dua istri
menuju satu titik temu
mungkin sulit. Namun membawa dua istri dan
masing-masing dibawa
mendekat kepada Allah,
segalanya menjadi lebih
mudah. Bila dua saja bisa, satu
insyaAllah lebih mudah kan? Ingatlah, kita mendekat satu
jengkal kepada Allah, Allah
akan mendekat kepada kita
satu hasta. Begitu lah yang aku rasakan.
Ajak istri/suami anda
bersama-sama mendekat
kepada Allah SWT. Saling
membangunkan di tengah
malam untuk bertahajud, sahur dan berpuasa sunnah
bersama, bertadarus sampai
membuat janji untuk bertemu
di sebuah majelis taklim atau
apapun ibadah lainnya asal
dilakukan bersama-sama dalam rangka mencari
ridhaNya, insyaAllah rahman
dan rahiimNya akan terasa di
dalam kehidupan ini. Tak bisa instan memang,
butuh proses dan
keistiqomahan. Tapi aku
sudah membuktikannya,
sekarang giliran Anda.
InsyaAllah. Utami, ana uhibbuki fillah.
Aku mencintaimu karena
Allah.